CERPEN 

Enam Jam Sebelum Berangkat

Wiviano Rizky Tantowi adalah laki-laki kelahiran Jember, 2 Juni 1998 merupakan mahasiswa Sastra Indonesia di Universitas Jember. Pemuda penyandang disabilitas tuna daksa tersebut, menjadi aktivis perdamaian dan toleransi di berbagai komunitas, pers mahasiswa serta pegiat literasi. Beberapa karya puisi dan cerpennya telah dimuat di media cetak maupun daring berskala lokal dan nasional. Buku puisi pertamanya yang terbit berjudul Victoria Vincit: Pemenang yang Mengalah (Pustaka Kendra,2017), dan buku keduanya berjudul Kepada Bulan Aku Bercerita (Kaifa Publishing, 2018). Saat ini, ia sedang menyelasaikan projek buku ketiganya sembari makan pisang goreng dan minum coklat hangat.

 

15.00

Setelah Bani salat Asar di surau, ia pulang kembali ke rumahnya. Hari ini, Bani memang sengaja mengosongkan jadwal kerjanya. Tepat pada tanggal 11 juni, merupakan hari jadi pernikahan mereka, Bani dan Salma. Hubungan yang sudah terjalin 10 tahun lamanya ini, selalu diperingati oleh mereka berdua. Hal tersebut bertujuan untuk menyusukuri usia pernikahan mereka yang dijalani penuh dengan tantangan dan rintangan, begitu kata Bani.

Sesampainya di rumah, Bani menuju arah dapur untuk menemui sang istri tercinta. Ia melepas sandal, menanggalkan sajadah di kamar, lalu bergegas ke Salma yang sedari tadi memasak makanan favorit Bani.

“Hei sayang, cepet banget pulangnya?” kata Salma, setengah terkejut karena Bani memeluknya dari belakang.

“Iya, tadi yang ngimamin kusuruh cepet, biar aku bisa ketemu kamu”

“Kamu ini ya, ada aja. Sukanya gombal terus, hahahahaha”

“Ih serius, 10 tahun kita nikah, kalau aku bilang gitu mesti kamu anggap gombal hufttt.. hhehehe. Oh iya, kamu lagi masak apa sih sayang? Baunya sampai ruang tamu.”

“Hehehe, udah jangan ngambek. Aku lagi masak seblak kesukaanmu.”

“Seriusan? Aduh, udah gak sabar aku sayang. Sini kucicipin” Bani mencoba meraih sendok yang ada di sebelah panci, mengganggu Salma yang sedang meracik bumbu.

“Diem dulu ih, kamu ganggu aja, huh.” Salma kesal dan menepis tangan Bani.

 

Bani hanya ketawa-ketiwi karena berhasil mengganggu sang istri. Setelah merasa dirinya menang dan puas, Ia pun akhirnya membantu Salma masak. Entah sekadar cuci piring ataupun mempersiapkan bumbu dan peralatan dapur yang dibutuhkan. Bani tunduk kepada instruksi istri.

“Sayang, minta tolong piringnya dong. Kamu cuci dulu ya.” Perintah Salma.

“Siap, Boskuh.” Sahut Bani.

Momen masak bersama adalah momen terfavorit Bani dan Salma. Di sini, mereka bisa berkomunikasi, menjalin hubungan yang intens. Saling bercanda, saling bicara, dan saling bermesra-mesraan menuntaskan nafsu. Ya, betul. Terkadang Bani bercinta setelah masak sore sampai sebelum makan malam. Pokoknya hanya di momen masak bersama, mereka bisa se-romantis Romeo Juliet. Selain itu, mereka sibuk dengan rutinitasnya masing-masing. Bani sebagai anak band yang padat dengan jadwalnya, dan Salma sebagai pramugari yang sibuk dengan jadwal penerbangan.

Setelah dua jam menghabiskan waktu di dapur, mereka bersiap untuk membersihkan diri.

“Sayang, kita makan setelah mandi aja ya. Gapapa kan?” kata Bani.

“Iya gapapa kok, aku juga bau bawang, hhehehe. Yuk mandi dulu” ucap Salma

“Mau mandi….” Bani cengengesan

“Tidak, nanti gajadi makan malam. Dasar ya, kamu ini nakal!!” Salma menjewer telinga Bani bak seorang ibu pada anaknya yang tak pulang cepat.

 

**

 

 

18.00

Adzan maghrib berkumandang. Udara malam hari ini semakin dingin. Setelah Bani menunaikan kewajibannya pada sang Khalik, ia segera menuju ruang makan. Usai mengambil dua piring dan membuatkan Jus Jeruk untuk Salma, ia duduk di kursi sembari menghidupkan teve. Ia menunggu istrinya, Salma, keluar dari kamar. Kurang lebih, 10 menit, Salma keluar dari kamar.

“Sayang.. lama ya nunggunya?” ujar Salma.

Bani sangat tercengang melihat paras cantik sang istri. Dua matanya terbelalak, bibirnya menganga. Malam ini tak seperti malam biasanya, Salma terlihat cantik dan anggun. Kimono putihnya membalut tubuh Salma yang kecil dan kulitnya yang langsat serta pada bidang-bidang tertentu lumayan sedikit berisi. Salma pun mendekat pada suaminya, mengecup kening yang basah karena kegugupan Bani melihat istrinya lalu lekas duduk di samping, Bani.

“Kamu cantik banget. Makin sayang deh sama kamu” puji Bani.

“Makasih sayang” Salma tersenyum.

“Loh, tumbenan gak bilang aku gombal?”

“Hmm, tadi aku bilang gombal kamunya ngambek. Tau ahh.” Salma merengut.

“Hehehe, iya. Maaf sayang.”

Bani berdiri dari kursinya, memeluk Salma dan ia kecup kening serta lehernya yang putih mulus. Salma membalas tingkah Bani yang sedikit agresif sambil membisikkan kalimat “jangan pernah tinggalin aku ya sayang”. Mendengar bisikan sang istri,membuat Bani semakin agresif dan memeluknya erat-erat. 2 menit ia kalap dalam cinta yang membara.

“Udah sayang. Jadi makan atau enggak nih?” kata Salma.

“Hehehe, iya. Jadi dong. Yuk”

Salma melepas pelukannya, dan mengambil panci di kompor. Ia tuangkan seblak yang sudah jadi ke masing-masing piring. Sembari menunggu, Bani ijin kepada istri untuk ke kamar sebentar. Salma pun mengangguk tanda setuju. Bani menuju kamar. Pada saat di kamar, Bani mengambil sesuatu di dalam tas kerjanya. Ia raih kotak merah berisikan cincin yang diidamkan oleh sang istri sejak 6 bulan lalu. Kemudian, Bani segera menyembunyikan dalam kaosnya yang ia kenakan.

“Ngapain sayang di kamar?” tanya Salma.

“lihat berkas, takut tertinggal di studio Ari. Udah siap belum makannya?”

“Udah dong. Doa dulu yuk?”

“okey”

Mereka berdua saling memejamkan mata. Bani menengadahkan tangannya, sedangkan Salma hanya menutup mata saja. Ketika Bani terlebih dahulu selesai berdoa, dan melihat Salma masih memejamkan mata, Bani meletakkan dan membukakan kotak merah hadiah untuk sang istri. Dan, terkejutlah.

“Sayang, ini apa?” wajah Salma berbinar-binar penuh keheranan.

“Hehehehe, selamat hari jadi pernikahan yang ke 10 tahun sayang. Itu buat kamu, cincin yang ingin kamu beli sejak 6 bulan lalu. Suka gak?” jawab Bani.

“Yaampun, iya ini kan tanggal 11. Aku lupa, sayang. Maaf yaaa. Dan kamu ngapain repot-repot nyiapin ini semua? but, Terima kasih ya sayang. Aku seneng banget.” Salma pegang tangan Bani, meminta dipasangkan cincinnya.

Bani mengangguk dan ia pasangkan cincin ke jari manis Salma.

“Aku bahagia banget liat kamu segirang ini, sayang” kata Bani.

Salma tertawa kecil, dan meletakkan tangan Bani di pipi kirinya.

“Makin romantis ya sayang. Terima kasih untuk 10 tahunnya. Hanya maut yang memisahkan kita.” ucap Salma memohon pada Bani.

“Iya, hanya maut yang dapat memisahkan kita” Bani tersenyum sambil melingkarkan jari manisnya ke jari manis Salma.

Kejutan pun telah diberikan kepada sang istri. Mereka kemudian lanjut makan malam bersama sembari cerita tentang apapun. Tentang hambatan pekerjaan, tentang keuangan, tentang apa saja yang bisa diceritakan. Sampai tak terasa, sudah 2 jam mereka duduk di meja makan hanya untuk menghabiskan seporsi seblak buatan istri.

**

22.00

Usai makan malam tadi, mereka masuk ke kamar. Salma membaca buku dan Bani menonton tayangan bola.

“Sayang, aku udah bilang belum ke kamu?” tanya Salma.

“soal apa, Sayang?”

“soal aku tugas mendadak dari maskapai. Nanti pagi, jam 2 dinihari aku harus ke bandara. Aku dipindah tugaskan, karena pramugari yang nanti ini izin. Pesawatku take off jam 2.55 WIB ke Changi, sayang.” Terang Salma.

“Yaaaah, kamu sampai kapan sayang?”

“Lusa pulang kok. Gak akan lama-lama ninggalin kamu sayang.”

“Yaahh, aku besok malam harus berangkat ke Manado. Jadwal manggung minggu ini maraton sampai minggu depan sayang. Padahal, rencana sebelum berangkat aku mau ajak liburan besok pagi. Kita main ke pantai, atau kita ke puncak.” Bani sedikit kecewa.

“Yaudah gapapa sayang. Minggu depan kan kita bisa liburan” Salma mencoba menenangkan suami.

Bani memahami sang istri. Bagaimanapun juga, risiko pekerjaan dari pramugari adalah ketidakpastian akan jadwal yang berubah-rubah. Situasional, baik penjadwalan ulang ataupun pembatalan terbang. Salma mengemas baju yang dibawa dan dipakai untuk bertugas. Lalu mereka tidur.

**

02.45 WIB

Salma mempersiapkan keberangkatan. Terdengar dari kabin, pilot menginstruksi bahwa 7 menit lagi pesawat akan take off. Salma sesegara mungkin menutup pintu dan memberi aba-aba kepada petugas untuk menarik garbarata dari badan pesawat. Usai menutup, Salma sempatkan kirim pesan kepada sang suami ‘hati-hati di rumah sayang, kita jumpa lagi segera mungkin. Aku mencintaimu’. Dan itu menjadi pesan terakhir dari sang istri tercintanya kepada suami. Pesan yang tak akan terbalas dan berbalas. Pesawat yang Salma naiki jatuh akibat cuaca buruk di Segitiga Masalembo.

**

03.00 WIB

Bani reflek terjingkat dari tidurnya. Keringat mengucur deras dari keningnya. Selalu saja, setiap tanggal 11 juni ia harus merayakan hari bahagia sekaligus menyedihkan. Di tanggal 11 juni, Bani selalu memimpikan mendiang almarhumah istrinya yang sudah sejak 20 tahun lalu meninggalkan dia. Bani sampai saat ini, selalu rindu dan berharap jazad istrinya ditemukan. Untuk mengobati rasa rindunya, Bani meletakkan kotak merah cincin hadiah istrinya di ranjang, bersebelahan dengan Bani tidur.

***

 

 

 

Related posts

Leave a Comment

nineteen − two =